Selasa, 23 Februari 2016

IT is a Must kalau tidak ingin tertinggal


IT atau information technology, sekarang sudah menjadi menu utama sehari-hari. Bahkan anak saya yang berumur 4 tahun juga fasih mengucapkan kata internet, komputer, youtube, google, loading, dan kosakata di bidang IT lainnya. Kita benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari IT, bahkan menggantungkan kenyamanan hidup kita pada IT. Beberapa bulan ini saya mulai rajin membaca flibboard, aplikasi yang mengumpulkan link artikel sesuai minat kita. Berbagai artikel di flibboard terkait teknologi sangat menarik untuk dibaca. Terkadang terkagum-kagum sendiri dengan kemampuan otak manusia di belahan dunia lain yang mampu menciptakan aplikasi atau teknologi yang canggih.

Saya perhatikan juga, media juga semakin banyak menulis tentang teknologi dan start up. Sebagai sebuah edukasi, tentu ini hal yang positif untuk membangun kesadaran mengenai teknologi terkini.

Terlebih lagi, saya membaca bahwa di China, bahwa anak-anak TK mulai diajari coding, pintu masuk dalam proses penciptaan berbasis teknologi komputer. Wuidihh saya belajar komputer aja waktu SMP. Fakta ini benar-benar membuat saya merinding dan sesaat berpikir, wah anak-anak saya harus segera dikenalkan pada teknologi komputer, kalau begini. 15 tahun lagi, mereka akan bersaing dengan anak-anak dari negara lain yang sudah duluan mengenal software komputer ketika mereka TK. Tidak dapat saya bayangkan di benak saya, apa yang anak-anak TK itu ciptakan saat mereka dewasa nanti.


Bahkan di Amerika, Obama akan menaikkan biaya  edukasi ilmu komputer bagi anak-anak di sekolah negeri disana. Sempatkan baca link berikut ya, http://www.wired.com/2016/01/obama-pledges-4-billion-to-computer-science-in-us-schools/

Tidak tanggung-tanggung, lebih dari Rp. 40 Triliun dana pendidikan yang akan disiapkan dalam 3 tahun kedepan. Dana yang cukup besar untuk mengembangkan 1 bidang saja. Amerika akan menggunakan uang negara, menggerakkan donatur dan perusahaan IT skala besar untuk menggelontorkan dana demi meningkatkan akses ilmu komputer di sekolah-sekolah.

Senang sekali saya  melihat peningkatan kesadaran IT di Indonesia. Kini sudah semakin banyak bermunculan start up-start up baru yang digawangi anak-anak muda. Kemudian Kementerian Kominko sendiri juga sudah mulai memberikan training terkait pemanfaatan teknologi bagi UKM untuk mengembangkan usahanya. Dan baru-baru ini, Presiden Jokowi mengunjungi silicon valley, lembahnya para IT entrepreneur di Amerika seperti facebook, google, Youtube, yang menjadi pusat industri kreatif di dunia. Kunjungan Pak Jokowi untuk mengajak komunitas start up Amerika bersama-sama mengembangkan dunia digital Indonesia menunjukkan urgensi negara ini  untuk mewujudkan ekonomi nasional berbasis digital.


Pemerintah sendiri memiliki sejumlah kebijakan dan rencana, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Antara lain berupa kemudahan memperoleh kredit usaha rakyat, likuiditas pasar untuk startup, hingga program 1.000 technopreneur dalam 4 tahun kedepan. Semua ini perkembangan yang baik sekali menurut saya.

Untuk itu, mari kita segera berbenah diri, karena IT adalah suatu keharusan jika tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal. Berbenah diri dari skala kecil. Misalnya, kita bisa memperkenalkan IT sejak dini kepada anak-anak kita agar ketika besar nanti mereka akan mudah menyerap informasi mengenai IT di sekeliling mereka. Orang tua juga dapat membekali anak-anak dengan kemampuan untuk mencari ide, menemukan masalah dan memberikan solusi menggunakan IT sebagai latihan. Selain itu, kita bisa selektif dalam memilih game yang dimainkan anak-anak kita untuk mengasah kemampuan otaknya. Game craft salah satu yang menarik untuk dimainkan.

Melihat perkembangan tentang IT saat ini, jiwa entrepreneur saya yang masih terkungkung rasanya ingin keluar dari zona nyaman dan menjajal bisnis start up. Mudah-mudahan mimpi ini bisa terwujud suatu hari. Atau siapa tahu anak-anak saya akan menjadi technopreneur suatu hari :)
sumber gambar : http://berinovasi.blogspot.co.id/




Selasa, 09 Februari 2016

Jangan bersedih Indonesia, kita masih punya harapan




Minggu ini sungguh hati terusik dengan banyaknya pemberitaan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja karyawan di industri manufaktur dan migas. Banyak hal yang berkecamuk di pikiran saya. Tak ingin menyalahkan siapapun, saya ikut mendoakan semoga mereka yang terkena dampak dari musibah tersebut mendapatkan jalan keluar sebaik-baiknya dari Allah untuk masa depan mereka. 

Semua kejadian ini tentu mengingatkan kita semua satu hal, untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita hingga hari ini. 

Lepas dari pemberitaan itu saya tetap berpikir, kalau Indonesia masih punya harapan. Bila kita melihat dari luar angkasa, kerlap-kerlip lampu terlihat di belahan bumi negara-negara yang termasuk negara maju seperti Jepang, Amerika, China, Dubai. Sungguh sangat kontras dengan kondisi di negara-negara yang sedang berkembang seperti Africa, bahkan Indonesia. Dari lokasi yang jauhnya jutaan kecepatan cahaya itu, negara sedang berkembang terlihat gelap. Kerlap-kerlip lampu tersebar tak merata. Sebuah kesimpulan memenuhi benak saya. Negara maju sudah lebih 1 abad yang lalu  mengenal listrik untuk menggerakkan revolusi industrinya. Seperti Amerika misalnya, saat itu mereka membakar batubara untuk menggerakkan kereta uap, menyalakan listrik yang menumbuhkan pabrik-pabrik hingga ekonomi negara itu tumbuh menjadi raksasa dunia. Dan kini mereka mulai meninggalkan batubara untuk beralih ke energi terbarukan. Ketika kemampuan ekonomi meningkat, mereka mampu membayar mahal untuk energi yang sumbernya dari tenaga matahari atau lainnya. 


Berkaca dari sejarah itu, kalau kapasitas listrik di Indonesia bertambah saya yakin Indonesia masih punya harapan untuk hidup yang lebih baik. Terbayang ketika misalnya 1 Pembangkit listrik berkapasitas 2000MW dihidupkan, 5000 tenaga kerja akan terserap disana. Kita bisa mulai menghitung, berapa keluarga yang mendapatkan kehidupan yang lebih baik ? Berapa anak yang bisa belajar di bawah penerangan lampu, berapa desa yang industri kecilnya masih bisa bergerak waktu malam ? 

Berapa orang-orang yang dapat menggunakan komputer dan tersambung dengan internet, kemudian wawasannya menjadi luas? Saya ingat, otak saya baru mulai banyak terisi informasi yang luas ketika saya di bangku kuliah, artinya ketika saya mulai mengenal internet. Ketika menyadari hal itu, saya berkesimpulan internet yang dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat akan mencerdaskan bangsa ini. Internet membutuhkan listrik tentunya. 

Otak saya terus berkalkulasi. Selain internet dapat diakses, akan tumbuh pabrik-pabrik skala kecil disekitar PLTU bisa dibangun. Kalau biasanya masyarakat hanya menjual hasil bumi di pasar, keberadaan pabrik itu akan menumbuhkan industri pengolahan makanan. Berapa banyak masyarakat yang meningkat penghasilannya karena menjual makanan kaleng dibandingkan hanya menjual hasil pertanian yang berupa bahan mentah?  

Saya hanya ingin mengatakan, jangan bersedih, kita masih punya harapan. Indonesia akan mengejar ketertinggalannya dengan negara-negara maju itu. Harapan itu datangnya dari ketersediaan listrik.
Ketika proyek 35.000 MW beroperasi nanti, berapa karyawan yang dibutuhkan di proyek-proyek tersebut ? Bukan tidak mungkin karyawan yang di PHK di industri lain, dapat bekerja di industri listrik atau di industri lainnya yang mulai bergerak kembali.

Indonesia sedang berharap mampu menyediakan banyak listrik untuk masyarakatnya. Harapan itu muncul dari dari batubara. Ibu pertiwi pasti mampu menyediakan listrik karena ia punya banyak batubara sebagai bahan bakar listrik yang terjangkau dibandingkan sumber energi lainnya. Batubara yang dibakar di PLTU dengan teknologi terkini atau disebut ultra super critical, juga mampu menghasilkan energi yang bersih dengan tingkat emisi yang sangat rendah.

Membayangkan semua itu, tumbuh optimisme dalam diri saya. Semoga Indonesia kedepan lebih cerah.Amin.