Jumat, 17 Juni 2016

Muliakan anak yatim untuk kemuliaanmu


Saat-saat seperti ini biasanya saya tunggu-tunggu. Saat dimana saya bisa mendengarkan cerita Pak Garibaldi Thohir yang akrab disapa Pak Boy, bukan hanya tentang bisnis. Namun tentang filosofi hidup. Saya dan beberapa teman berbincang dengan Pak Boy usai kegiatan Buka Bersama Adaro Energy bersama 1000 anak yatim di GOR Plaza Festival semalam.

Mukanya sumringah dan mata berbinar menceritakan bagaimana beliau bahagia sekali melihat anak-anak yatim yang diundang Adaro penuh keceriaan.


"Tahu nggak, ini saat yg saya paling suka. Menyenangkan anak-anak yatim ini. Coba liat mereka ceria sekali menikmati acara yang dibuat khusus buat mereka. Dan pasti akan mengingat hari ini hingga satu tahun kedepan," ungkap Pak Boy.

Selama ini beliau mendesain sendiri acara untuk 1000 anak ini karena tujuannya adalah membahagiakan anak-anak tersebut.

"Kita sesungguhnya masih beruntung. Mereka dari kecil nggak punya orang tua. Itulah sebabnya saya selalu berpegang pada tujuan acara ini untuk bikin mereka bahagia. Saya bahkan browsing sendiri mencari sesuatu yang mereka akan suka. Termasuk menghadirkan cowbow junior hari ini untuk mereka. Tahun lalu kita putar film avengers dan menghadirkan tokoh avengers di panggung," Pak Boy tersenyum.



Buka puasa 1000 anak yatim ini bagi Pak Boy adalah the other side of Adaro. Di tempat kerja tentu tim Adaro bekerja profesional ada atasan ada bawahan. Namun dalam moment seperti itu beliau menyadari bahwa di hadapan Tuhan manusia itu sama.

"Diantara kita tidak ada yang beda di hadapan Tuhan, sama saja. Di kantor ada atasan ada bawahan. Dan buat Adaro seorang pemimpin harus amanah, memberikan contoh. Sisi lain dari Adaro bahwa kita harus berbagi. Pada akhirnya yang dimuliakan diri kita sendiri. Yang dimuliakan adalah Adaro sendiri. Kemarin Alhamdulillah Adaro selesai Financial Closure PLTU Batang, kemudian mengakuisi Indo Met Coal. Kemudian ada tambahan order dari TnB Malaysia. Masa depan Adaro semakin cerah. Selain tentunya karyawan kita harus ulet, kerja keras dan cerdas, efisien. Tapi pada akhirnya Allah jualah yang menentukan," Pak Boy bersemangat sekali bicara tentang memuliakan anak yatim.

Doa anak yatim itu dikabulkan Allah, demikian Pak Boy mengungkapkan sehingga tidak pernah ingin mengurangi budget untuk acara seperti ini walaupun kondisi perusahaan sedang efisiensi.

"Saya tidak pernah itung-itungan kalau untuk anak-anak ini. Kalau urusan kerja memang harus efisien dan menjadi yang terbaik terutama kondisi industri sedang sulit. Dari 100 perusahaan batubara mungkin hanya 4 perusahaan yang masih make profit, Adaro salah satunya. Nah Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang kepada manusia. Acara seperti ini bukan untuk Allah, ini untuk diri kita sendiri. Kebaikan ini akan kembali ke diri kita. Kita didoakan anak yatim, usaha kita dimudahkan oleh Allah," ujar Pak Boy.

Terharu mendengar semua yang Pak Boy cceritakan. Memuliakan anak yatim sama dengan memuliakan diri sendiri. Doa 1000 anak yatim seakan mengetuk dinding-dinding langit ke tujuh, menjemput kemuliaan kita sendiri yang bertengger di dedaunan pohon syurga. Lembarannya akan bebeterbangan laksana tertiup angin menuju arah mata angin dimana kita berada. Dimanapun kita berada, kemuliaan itu akan menjemput kita, subhanallah indahnya memuliakan anak yatim. Semoga kita semua termasuk golongan yang demikian. Dan semoga Allah melimpahkan rezeki untuk kita mampu membahagiakan mereka dengan apapun yang kita punya.


Selasa, 12 April 2016

Nadiem Makarim : Idea Matters ?? Not really


Suatu hari saya diundang menghadiri seminar yang diadakan oleh SESPARLU Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan CSIS. Dan yang membuat saya betah berada di ruangan seminar itu antara lain karena kehadiran beberapa CEO Start Up Company diantaranya CEO Gojek. Saya berharap dapat mencuri ilmu mereka untuk memperkaya wawasan mengenai dunia start up.

Kehadiran Nadiem Makarim hari itu cukup menyita perhatian audiens. Selain reputasinya CEO sebagai perusahaan aplikasi transportasi online terbesar di Indonesia dengan mitra driver mencapai sekitar 250 ribu orang, saya rasa audiens penasaran dengan sosoknya. Saya juga demikian. Mengingat Gojek hadir pada saat yang tepat di saat masyarakat Jakarta muak dengan morat-maritnya transportasi umum dan kemacetan, Gojek mampu melebur ke budaya masyarakat secara tepat, dan akhirnya Nadim mampu membawa Gojek leading di industri yang ia ciptakan sendiri.

Sebenarnya Nadiem didapuk untuk membagikan pengalamannya dalam konteks "Idea Matters" , namun Ia terang-terang mengatakan, "To me, Idea doesn't matter, but the execution does." Nah lho. Ini yang menarik perhatian saya.

"Ide yang saya lakukan adalah menghubungkan transportasi dengan Indonesia. Siapapun bisa melakukannya sebenarnya. Yang lebih penting adalah eksekusinya. Gojek can do more than transporting people," kata Nadiem.

Benar juga yang ia katakan. Banyak orang memiliki ide besar (termasuk saya sendiri kadang-kadang punya ide besar di kepala) namun, hanya sedikit orang yang mampu mengeksekusinya, mengembangkannya hingga sukses. Tulisan ini akan mengurai sedikit bagaimana CEO Gojek ini mengeksekusi idenya semasa kuliah dulu, membuat aplikasi transportasi online untuk masyarakat Indonesia

Ketika ditanya apa kunci kesuksesannya, Nadiem berujar, "Saya percaya bahwa model bisnis Gojek dengan banyak diversifikasi ini memerlukan keyakinan terhadap kapasitas sumber daya manusia yang ada. Saya percaya model bisnis ini bagus untuk pemberdayaan sosial, bagus untuk Indonesia."

Ini juga menarik. Ternyata, Gojek tidak memberikan training pada karyawannya malah ia menempa sumber daya manusia atau mitra driver dengan "Self Training". Driver harus mampu mengedukasi dirinya sendiri. Disisi lain, perusahaan hanya memberikan insentif untuk driver yang baik sesuai kriteria yang ditetapkan serta mekanisme punishment atau bahkan memberhentikan mereka yang tidak bersikap baik kepada customer. Dengan belajar sendiri melalui komunikasi dengan sesama driver Gojek, maka perilaku yang diinginkan perusahaan dimiliki driver pun muncul dengan sendirinya. Insentif berperan kuat dalam proses self training ini. Insentif membuat driver bersemangat memberikan kinerja yang baik.

"Saya sendiri amazed dengan self training ini," kata Nadiem. Ia surprise sekali dengan metode yang ia terapkan. Ia memberikan kepercayaan kepada mitra driver untuk mengedukasi diri mereka sendiri. Dari pengamatannya, dengan metode self training, driver Gojek terbiasa saling membantu satu sama lain, saling memback-up, perasaan dibawah satu identitas muncul hingga menciptakan sebuah komunitas driver Gojek yang kuat. Mereka juga memiliki grup sendiri untuk berkomunikasi sehingga menimbulkan solidaritas yang kuat diantara sesama driver. Ikatan ini akhirnya membuat mereka saling membantu untuk sukses dalam pekerjaan.

Strategi lainnya yang ia lakukan terkait sumber daya manusia, Nadiem mengatakan ia memiliki tim yang mampu berjalan sendiri. Nadiem hanya memberikan challenge, dan dengan kreativitasnya tim yang ada menangkap tantangan tersebut dan menjawabnya.

Bicara kesuksesan Gojek, perusahaan yang didirikan tahun 2008 ini diuntungkan oleh perubahan budaya masyarakat Jakarta saat ini yang menuntut sebuah servis yang lebih baik, cepat, dan terjangkau.

"Gojek cepat berkembang karena customer memerlukan transportasi yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah. Jika tidak mengunduh aplikasi gojek, sudah pasti menanggung biaya transportasi umum yang tinggi. Seperti Ibu saya, pasti biaya transportasinya jauh lebih tinggi dari pada saya, karena tidak menggunakan Gojek," ujar Nadiem.

"Saya tidak menyangka dalam 4 bulan saja jutaan orang mendownload aplikasi Gojek hingga waktu itu Gojek mengalami technology issue," lanjut Nadiem.

pic source : bejotenan.com
Jadi teringat dulu Gojek sempat membuat customer kecewa karena servernya sering down. Mungkin karena hal begitu banyak orang yang menggunakan aplikasi ini yang tidak diimbangi dengan kemampuan server. Saya juga sering mendengar driver Gojek mengenai server yang tidak siap dengan lonjakan penggunanya. Namun kemudian Gojek segera berbenah dari sisi teknologi dan terus berinovasi menyediakan layanan-layanan lainnya.
Bicara mengenai persaingan dengan perusahaan sejenis, Nadiem menanggapinya dengan santai.
"Kompetisi membuat kita memberikan respon, menjadi selangkah lebih maju, dan inovatif."

"Kita sebelumnya mungkin tidak pernah menyangka kalau Gojek can do more than transporting people. Disinilah kami mengembangkan layanan Gojek hingga untuk mengakomodir macam-macam kebutuhan customer. Bukan berarti tidak fokus dengan core bisnis tapi biarkan customer yang mencoba semua layanan itu. Kami mengadakan review rutin, pada akhirnya jika suatu layanan tidak berhasil tinggal ditutup saja."


Nadiem merasa bangga dengan pencapaian Gojek saat ini maupun industri teknologi transportasi online secara umum karena mampu menaikkan taraf hidup masyarakat yang bekerja di Industri transportasi online.
"Di Jakarta, penghasilan driver rata-rata naik karena technologi transportasi online."

Sepertinya saya sepakat kalau sebuah ide tak bermakna dan tak akan sukses tanpa eksekusi yang baik. Jadi kalau sudah punya ide start up, jangan lupa pikirkan juga eksekusinya, pengembangannya, terutama tim yang menjalankan atau sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha tersebut. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat :)





Sabtu, 19 Maret 2016

Terima kasih diriku

Suatu hari masuk email dari HR department di kantor saya. Email itu menginformasikan adanya pelatihan tentang  Emotional Quotient atau yang biasa di sebut orang EQ dari salah satu motivator terkenal di Indonesia. Tiba-tiba2 muncul keingintahuan yang besar untuk menguji diri sendiri tentang seberapa besar EQ dalam diri saya, bagaimana self awareness dan social awareness saya. Benarkah saya mampu memahami orang-orang di sekeliling saya, seperti saya rasakan selama ini. Bagaimana team work saya, dan apa yang harus dikembangkan lagi dalam hal emosi. Mengingat EQ adalah salah satu modal untuk sukses, akhirnya saya mencoba mengikuti training ini sekitar tahun 2014.

Satu hal yang saya pelajari dalam training ini adalah bagaimana mengelola emosi di tempat kerja agar kita tetap memiliki speed yang tinggi, fokus dalam menyelesaikan pekerjaan, bisa menempatkan prioritas dengan benar. Sebagai seorang karyawan, dinamika bekerja di tim perlu kita kenali dengan baik agar mampu mencari solusi dalam setiap masalah dalam tim. Dengan cara ini dinamika tim akan bisa meningkatkan produktivitas bukan mengancam produktivitas. Setelah menjalani tes dan sesi interview dengan salah satu trainer, Dia mengatakan bahwa EQ saya diatas rata-rata. Lega rasanya. Ini menjelaskan mengapa saya mudah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Terkadang perasaan itu datang tiba-tiba. Dan pada saat yang tepat perasaan itu membantu saya menentukan sikap yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain. Bukan hanya dalam urusan pekerjaan namun juga di rumah. Perasaan itu juga membantu saya bersikap yang tepat kepada Asisten Rumah Tangga untuk memastikan anak-anak saya dijaga dengan baik. Lucunya, kalau saya abaikan, malah terkadang berujung pada keadaan yang tidak menyenangkan. Jadi saya mulai berlatih mendengarkan suara hati ini karena terbukti positif dampaknya. Buat saya ini seperti kata hati yang menjaga saya melakukan hal benar di saat yang tepat. Alhamdulillah, mungkin ini tanda Allah selalu menjaga saya.

"EQ kamu di atas rata-rata. Tetap lakukan apa yang kamu biasa lakukan, karena modal sukses sudah ada dalam diri kamu saat ini. Semua akan datang pada saat nya," kata trainer tersebut. Kalimat itu terasa berkesan sekali buat saya.

Salah satu sesi yang menarik buat saya adalah sesi berterima kasih pada diri sendiri. Waktu itu sebuah cermin ditempatkan di ruangan sebagai media kita berbicara kepada diri sendiri. Essensinya adalah kita perlu sesering mungkin berterima kasih pada diri sendiri untuk menumbuhkan perasaan positif tentang diri kita. Ternyata ada benarnya juga kita perlu berterima kasih kepada diri sendiri karena kita sering melihat fakta banyak orang tidak dapat menghargai diri sendiri hingga terjerumus pada hal-hal buruk.

Kalau kilas balik ke belakang kita pasti bisa mengingat kalau kita sering memaksa diri kita bekerja keras, berpikir keras. Kita juga terkadang menempatkan diri kita dalam suatu masalah yang harus kita selesaikan. Seringkali kita membiarkan diri kita penuh amarah sehingga mulai muncul  penyakit yang membuat diri kita terasa rapuh. Apakah kemudian kita berterima kasih pada diri kita setelah kita bisa melalui semua itu? Terkadang tidak.

Selain "Me time" cara lain berterima cukup menatap cermin dan mengatakan "Kamu hebat. Terima kasih atas semua yang kamu lakukan."

Dan hari ini menjelang hari lahir saya ingin menatap cermin dan mengatakan,

"Terima kasih diriku. Kamu selalu menjadi pribadi yang kuat. Sungguh kamu beruntung Allah memberikan kekuatan itu padamu sehingga kamu bisa melewati cobaan dengan senyum. Ketika tetes mata mengering, Subhanallah kamu semakin berpikir positive, bahwa cobaan itu Allah berikan untuk menaikkan derajat kamu di mata Allah. Alhamdulillah Allah selalu memberimu kesabaran yang luar biasa dalam banyak hal. Kamu tahu, kamu juga kreatif, sangat kreatif. Di tengah keterbatasan kamu selalu mencari cara untuk mencapai tujuan kamu. Kamu selalu berpikir keras dan menemukan cara untuk menyelesaikan masalahmu. Kamu tak pernah menyalahkan keadaan dan terus berpikir untuk maju. Terima kasih diriku. Kamu selalu berusaha menjadi Ibu yang baik untuk anak-anak, mengajarkan mereka untuk saling menyayangi dan menghargai dalam keluarga. Dan membimbing anak-anakmu untuk menjadi pribadi yang positif dan berjuang untuk meraih sukses. Jangan pernah putus asa, ingatlah selalu bahwa Allah selalu bersamamu. Cukup lah Dia sebagai penolongmu. Jangan pernah merasa Dia jauh. Per banyak doa dalam setiap langkah agar Dia selalu memudahkan semuanya untukmu. Terima kasih diriku. Besok hari lahirmu, Selamat hari lahir . Semoga kamu selalu bahagia. Amin."

Selasa, 23 Februari 2016

IT is a Must kalau tidak ingin tertinggal


IT atau information technology, sekarang sudah menjadi menu utama sehari-hari. Bahkan anak saya yang berumur 4 tahun juga fasih mengucapkan kata internet, komputer, youtube, google, loading, dan kosakata di bidang IT lainnya. Kita benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari IT, bahkan menggantungkan kenyamanan hidup kita pada IT. Beberapa bulan ini saya mulai rajin membaca flibboard, aplikasi yang mengumpulkan link artikel sesuai minat kita. Berbagai artikel di flibboard terkait teknologi sangat menarik untuk dibaca. Terkadang terkagum-kagum sendiri dengan kemampuan otak manusia di belahan dunia lain yang mampu menciptakan aplikasi atau teknologi yang canggih.

Saya perhatikan juga, media juga semakin banyak menulis tentang teknologi dan start up. Sebagai sebuah edukasi, tentu ini hal yang positif untuk membangun kesadaran mengenai teknologi terkini.

Terlebih lagi, saya membaca bahwa di China, bahwa anak-anak TK mulai diajari coding, pintu masuk dalam proses penciptaan berbasis teknologi komputer. Wuidihh saya belajar komputer aja waktu SMP. Fakta ini benar-benar membuat saya merinding dan sesaat berpikir, wah anak-anak saya harus segera dikenalkan pada teknologi komputer, kalau begini. 15 tahun lagi, mereka akan bersaing dengan anak-anak dari negara lain yang sudah duluan mengenal software komputer ketika mereka TK. Tidak dapat saya bayangkan di benak saya, apa yang anak-anak TK itu ciptakan saat mereka dewasa nanti.


Bahkan di Amerika, Obama akan menaikkan biaya  edukasi ilmu komputer bagi anak-anak di sekolah negeri disana. Sempatkan baca link berikut ya, http://www.wired.com/2016/01/obama-pledges-4-billion-to-computer-science-in-us-schools/

Tidak tanggung-tanggung, lebih dari Rp. 40 Triliun dana pendidikan yang akan disiapkan dalam 3 tahun kedepan. Dana yang cukup besar untuk mengembangkan 1 bidang saja. Amerika akan menggunakan uang negara, menggerakkan donatur dan perusahaan IT skala besar untuk menggelontorkan dana demi meningkatkan akses ilmu komputer di sekolah-sekolah.

Senang sekali saya  melihat peningkatan kesadaran IT di Indonesia. Kini sudah semakin banyak bermunculan start up-start up baru yang digawangi anak-anak muda. Kemudian Kementerian Kominko sendiri juga sudah mulai memberikan training terkait pemanfaatan teknologi bagi UKM untuk mengembangkan usahanya. Dan baru-baru ini, Presiden Jokowi mengunjungi silicon valley, lembahnya para IT entrepreneur di Amerika seperti facebook, google, Youtube, yang menjadi pusat industri kreatif di dunia. Kunjungan Pak Jokowi untuk mengajak komunitas start up Amerika bersama-sama mengembangkan dunia digital Indonesia menunjukkan urgensi negara ini  untuk mewujudkan ekonomi nasional berbasis digital.


Pemerintah sendiri memiliki sejumlah kebijakan dan rencana, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Antara lain berupa kemudahan memperoleh kredit usaha rakyat, likuiditas pasar untuk startup, hingga program 1.000 technopreneur dalam 4 tahun kedepan. Semua ini perkembangan yang baik sekali menurut saya.

Untuk itu, mari kita segera berbenah diri, karena IT adalah suatu keharusan jika tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal. Berbenah diri dari skala kecil. Misalnya, kita bisa memperkenalkan IT sejak dini kepada anak-anak kita agar ketika besar nanti mereka akan mudah menyerap informasi mengenai IT di sekeliling mereka. Orang tua juga dapat membekali anak-anak dengan kemampuan untuk mencari ide, menemukan masalah dan memberikan solusi menggunakan IT sebagai latihan. Selain itu, kita bisa selektif dalam memilih game yang dimainkan anak-anak kita untuk mengasah kemampuan otaknya. Game craft salah satu yang menarik untuk dimainkan.

Melihat perkembangan tentang IT saat ini, jiwa entrepreneur saya yang masih terkungkung rasanya ingin keluar dari zona nyaman dan menjajal bisnis start up. Mudah-mudahan mimpi ini bisa terwujud suatu hari. Atau siapa tahu anak-anak saya akan menjadi technopreneur suatu hari :)
sumber gambar : http://berinovasi.blogspot.co.id/




Selasa, 09 Februari 2016

Jangan bersedih Indonesia, kita masih punya harapan




Minggu ini sungguh hati terusik dengan banyaknya pemberitaan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja karyawan di industri manufaktur dan migas. Banyak hal yang berkecamuk di pikiran saya. Tak ingin menyalahkan siapapun, saya ikut mendoakan semoga mereka yang terkena dampak dari musibah tersebut mendapatkan jalan keluar sebaik-baiknya dari Allah untuk masa depan mereka. 

Semua kejadian ini tentu mengingatkan kita semua satu hal, untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita hingga hari ini. 

Lepas dari pemberitaan itu saya tetap berpikir, kalau Indonesia masih punya harapan. Bila kita melihat dari luar angkasa, kerlap-kerlip lampu terlihat di belahan bumi negara-negara yang termasuk negara maju seperti Jepang, Amerika, China, Dubai. Sungguh sangat kontras dengan kondisi di negara-negara yang sedang berkembang seperti Africa, bahkan Indonesia. Dari lokasi yang jauhnya jutaan kecepatan cahaya itu, negara sedang berkembang terlihat gelap. Kerlap-kerlip lampu tersebar tak merata. Sebuah kesimpulan memenuhi benak saya. Negara maju sudah lebih 1 abad yang lalu  mengenal listrik untuk menggerakkan revolusi industrinya. Seperti Amerika misalnya, saat itu mereka membakar batubara untuk menggerakkan kereta uap, menyalakan listrik yang menumbuhkan pabrik-pabrik hingga ekonomi negara itu tumbuh menjadi raksasa dunia. Dan kini mereka mulai meninggalkan batubara untuk beralih ke energi terbarukan. Ketika kemampuan ekonomi meningkat, mereka mampu membayar mahal untuk energi yang sumbernya dari tenaga matahari atau lainnya. 


Berkaca dari sejarah itu, kalau kapasitas listrik di Indonesia bertambah saya yakin Indonesia masih punya harapan untuk hidup yang lebih baik. Terbayang ketika misalnya 1 Pembangkit listrik berkapasitas 2000MW dihidupkan, 5000 tenaga kerja akan terserap disana. Kita bisa mulai menghitung, berapa keluarga yang mendapatkan kehidupan yang lebih baik ? Berapa anak yang bisa belajar di bawah penerangan lampu, berapa desa yang industri kecilnya masih bisa bergerak waktu malam ? 

Berapa orang-orang yang dapat menggunakan komputer dan tersambung dengan internet, kemudian wawasannya menjadi luas? Saya ingat, otak saya baru mulai banyak terisi informasi yang luas ketika saya di bangku kuliah, artinya ketika saya mulai mengenal internet. Ketika menyadari hal itu, saya berkesimpulan internet yang dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat akan mencerdaskan bangsa ini. Internet membutuhkan listrik tentunya. 

Otak saya terus berkalkulasi. Selain internet dapat diakses, akan tumbuh pabrik-pabrik skala kecil disekitar PLTU bisa dibangun. Kalau biasanya masyarakat hanya menjual hasil bumi di pasar, keberadaan pabrik itu akan menumbuhkan industri pengolahan makanan. Berapa banyak masyarakat yang meningkat penghasilannya karena menjual makanan kaleng dibandingkan hanya menjual hasil pertanian yang berupa bahan mentah?  

Saya hanya ingin mengatakan, jangan bersedih, kita masih punya harapan. Indonesia akan mengejar ketertinggalannya dengan negara-negara maju itu. Harapan itu datangnya dari ketersediaan listrik.
Ketika proyek 35.000 MW beroperasi nanti, berapa karyawan yang dibutuhkan di proyek-proyek tersebut ? Bukan tidak mungkin karyawan yang di PHK di industri lain, dapat bekerja di industri listrik atau di industri lainnya yang mulai bergerak kembali.

Indonesia sedang berharap mampu menyediakan banyak listrik untuk masyarakatnya. Harapan itu muncul dari dari batubara. Ibu pertiwi pasti mampu menyediakan listrik karena ia punya banyak batubara sebagai bahan bakar listrik yang terjangkau dibandingkan sumber energi lainnya. Batubara yang dibakar di PLTU dengan teknologi terkini atau disebut ultra super critical, juga mampu menghasilkan energi yang bersih dengan tingkat emisi yang sangat rendah.

Membayangkan semua itu, tumbuh optimisme dalam diri saya. Semoga Indonesia kedepan lebih cerah.Amin.

Selasa, 19 Januari 2016

Video belajar menggambar dan mewarnai robot

Belajar menggambar itu mudah dan banyak manfaatnya

“Every child is an artist. The problem is how to remain an artist once he grows up.” – Pablo Picasso

Kutipan ini mengena sekali di hati saya. Picasso berpikir bahwa setiap anak adalah seniman. Masalahnya adalah bagaimana mempertahankan "sense of art" itu pada anak hingga mereka dewasa.

Menggambar adalah salah satu bentuk seni yang paling mudah dilakukan. Namun bagi anak-anak saya, menggambar itu cukup sulit. Selama ini, setiap saya meminta anak-anak saya menggambar sesuatu, mereka seperti menolak dan minta saya yang menggambar untuk mereka.

Saya berpikir, mungkin karena mereka tidak menguasai cara menggambar dan tidak percaya diri. Mungkin ini hal yang sederhana, namun saya tidak ingin mereka tumbuh menjadi tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Saya mencoba mencari cara mengatasi kelemahan ini.

Suatu hari saya mengunjungi Gramedia di Bintaro yang baru di buka. Disini saya menemukan banyak buku tentang menggambar dan seni untuk anak. Saya melihat deretan buku cara menggambar. Saya sebenarnya tidak bisa menggambar tapi memutuskan untuk mengajari mereka menggambar. Tak pernah terpikirkan bahwa menggambar itu ternyata sangat mudah. Hal ini sangat dimungkinkan melalui buku-buku langkah-langkah menggambar tersebut.


Saya minta anak-anak memilih buku sendiri untuk mereka pelajari. Kemudian saya secara rutin mengalokasikan waktu untuk anak-anak saya belajar menggambar. Saya ajarkan tentang gradasi warna. Dan ternyata anak-anak menyukai kegiatan ini. Bahkan kami membuat misi untuk mengisi dinding kamar mereka dengan gambar hasil karya mereka. Namun sejauh ini, gambar mereka baru bisa menempel pintu lemari es saja. Gambar pertama kakak adalah burger kesukaannya, sedangkan Firra memilih menggambar meja dorong.  Semakin lama, hasil gambar mereka semakin baik.


Tentu guru TK punya alasan yang kuat mengapa mengajarkan anak untuk menggambar/mewarnai di sekolah. Menggambar atau seni lainnya memang salah satu cara membangun kemampuan anak dalam banyak aspek. Ketika membicarakan tentang gambar itu sendiri, warna, bentuk, ukuran, kemampuan bahasa anak akan berkembang.
 
Ketika menemani anak menggambar, yang biasa saya lakukan adalah meminta anak-anak menceritakan gambarnya. Mengapa mereka memilih warna tertentu. Atau membuat cerita dari gambar mereka.Terkadang Zhafirra yang masih berusia 4 tahun menggambar bentuk yang tidak saya pahami. Namun dengan lancar ia akan menceritakan gambarnya dengan detil.

"Firra gambar princess lagi noleh ke kanan Ma, kayak gini badannya muter ke arah sini. Trus tangannya gerak kayak gini. Firra nggak usah kasih gradasi ya gambarnya. " kata Firra sambil mencontohkan gerakan princess yang ia maksud. Daya imaginasi Firrapun semakin berkembang.

Saya kutip dari website http://extension.psu.edu/  beberapa pertanyaan yang bisa kita ajukan ke anak untuk melatih kemampuan bahasa anak berkaitan dengan kegiatan menggambar.
  • Tanyakan pertanyaan yang jawabannya sebebas mungkin  – “Ceritakan tentang apa yang kamu gambar," catat apa yang ia ceritakan tentang gambarnya. Bacakan kembali ke anak, minta ia menambahkan detail cerita. Mencatat yang diceritakan anak menunjukkan orang tua menghargai pemikiran dan membantu orang lain memahami hasil karyanya.
  • Ajarkan anak kosakata seni – Bicarakan tentang garis (lurus, lengkungan, bulatan, bergelombang, dll.) dan warna (warna merah rambu lalu lintas, warna biru langit sky blue, warna hijau rumput).
  • Gambarkan seperti apa bentuk hasil karyanya dan beri kesempatan ia menceritakannya  – “Kakak bikin garis yang panjang, di gambar ini.” Ini salah satu cara memotivasi anak menggambarkan hasil karyanya
  • Tanyakan kepada anak proses pembuatan gambarnya – "Bagaimana caranya mencampur warna untuk membuat warna lukisan yang seperti itu?" Dorong anak untuk membicarakan proses ini.
Untuk Daniesh yang berusia 6 tahun, saya memberinya tantangan menggambar yang lebih rumit pada hari berikutnya. Daniesh kemudian memilih menggambar robot. Ketika pertama mencoba menggambar robot yang detail, malah menjelang waktu tidur. Saya katakan kalau sudah mengantuk tidak perlu dilanjutkan. Namun jawaban Daniesh, "Kakak lanjutkan gambarnya sampai selesai, Ma. Baru tidur ya." Tahap demi tahap dalam buku ia ikuti dengan tekun. Akhirnya saya melonggarkan waktu tidurnya hingga jam 9.45 malam, menunggu Daniesh menyelesaikan gambarnya. Hasilnya membuat papa mamanya kagum. Dengan bangga Daniesh menempelkannya di pintu lemari es. Ternyata tak lama waktu lama untuk membuatnya percaya diri.

Saya amati ternyata menggambar banyak manfaatnya buat Daniesh yaitu membantunya lebih fokus dalam belajar, melatih kesabarannya dalam menyelesaikan sesuatu, berlatih tekun, berlatih kreatif. Yang terpenting adalah melatihnya percaya diri bahwa ia mampu membuat hasil terbaik dari hal yang sebelumnya tidak ia kuasai. Terutama yang saya latih adalah fokus. Karena kemampuan ini yang akan dia perlukan di bangku sekolah umum nanti. Ketika pikiran anak mulai bercabang, memikirkan bermain dengan teman, memikirkan acara tivi kesukaannya, ia harus mampu membuat dirinya sendiri kembali fokus dengan pelajaran di sekolah atau sesuatu yang ia tekuni.

Setelah beberapa kali berlatih menggambar, gambar berikut telah membuat Daniesh semakin percaya diri. Saya bangga dengan hasil yang dicapainya, terutama ketika ia bilang "Dulu Kakak nggak bisa gambar hari ini kakak udah bisa gambar apa aja. Karena latihan terus makanya kakak udah bisa gambar sekarang."


Berikut video saat menemani kakak menggambar.

 https://youtu.be/PfdvSK7ouhs

Menggambar kini menjadi salah satu alternatif aktivitas keluarga kami yang murah tapi menyenangkan :)




Jumat, 15 Januari 2016

Renungan pasca bom sarinah

Hari ini, 15 Januari 2015, tepat 1 hari pasca bom Sarinah saya melewati Jalan thamrin hingga Sudirman. Sempat melihat aparat dan awak televisi memadati sisi samping bangunan Sarinah untuk berjaga-jaga. Selain itu, tidak ada hal yang berbeda. Lalu lintas masih terasa padat siang itu. Sepertinya Jakarta tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih dari kondisi mencekam kemarin. Hanya saja, di jalanan orang masih membicarakan kejadian itu, namun bukan dengan aura ketakutan. Namun dengan aura nasionalisme yang tinggi untuk bersatu melawan terorisme.

Pembicaraan di dunia digital sehari sebelumnya hingga hari ini sempat diwarnai humorisme yang kental mengolok kegagalan misi teror yang diluncurkan. Namun lewat hashtag #kamitidaktakut, pesan yang kuat tetap terbaca oleh dunia luar bahwa Indonesia tidak takut dengan serangan teroris. Semangat ini sempat membuat bergidik, bahwa kali ini saya benar-benar merasakan setiap orang ingin berjuang melindungi negara tercintanya, dengan cara yang sederhana dan cara apapun yang dapat dilakukan. Saya ikut larut dalam nasionalisme itu dan berusaha menahan diri untuk tidak memforward apapun di sosial media yang akan membuat orang khawatir akan kondisi pasca ledakan. Semua kekuatan bangsa ini membuat saya merasa bangga menjadi orang Indonesia.

Namun kemarin ada kejadian yang mengusik saya. Viral yang menunjukkan rakyat sipil menonton polisi bertempur itu sungguh mengusik saya. Dalam film perang sekalipun, rakyat sipil akan menghindari pertempuran. Mereka akan kocar-kacir bersembunyi mencari perlindungan. Tapi kemarin, kerumunan orang dalam zona bahaya tak terlihat gentar, bahkan asik melihat pertarungan hidup mati para polisi. Saya miris melihatnya.


Saya teringat tempo dulu kala rakyat Indonesia melawan penjajah. Sebuah kondisi yang berbeda adalah, saat itu semua orang harus mengabdikan dirinya untuk negara. Para pemberani itu berada di garis depan tanpa gentar turut serta memenangkan peperangan. Tapi kini, rakyat sipil berkerumun menonton pejuangnya berperang. Apa yang salah dengan itu? Cara berpikir saya mungkin salah. Namun menurut saya seharusnya mereka menyelamatkan diri, bukan menonton Polisi berusaha melumpuhkan teroris. Bukan soal "Tidak gentar"nya atau "tidak takut" tapi tidakkah mereka berpikir mereka bisa saja menjadi korban dalam pertempuran itu. Bisa saja penembak berbaju hitam itu mengarahkan tembakannya ke arah kerumunan. Jadi siapa yang salah disini ? Sekali lagi mungkin cara berpikir saya yang salah. Tapi saya belum pernah mendengar sebelumnya ada advokasi untuk masyarakat tentang bagaimana menjaga keselamatan diri ketika serangan teror berlangsung.

Kalau begitu kerumunan itu tidak salah kalau mereka tidak menyadari keadaan bahaya tersebut. Mungkin mereka gagal paham siapa itu teroris, kejahatan kemanusiaan apa yang dapat mereka lakukan. Kerumunan itu mungkin juga belum pernah mendapat edukasi semacam itu sebelumnya. Namun mulai sekarang, saya sangat berharap akan ada pihak-pihak yang memberikan edukasi ke seluruh lapisan masyarakat  tentang siapa itu teroris, apa yang harus dilakukan orang ketika serangan teroris berlangsung, bagaimana melindungi diri, atau bagaimana membantu orang di sekitarnya. Keadaan apa yang tergolong bahaya dan tidak serta semua hal yang mencegah bertambahnya korban. Edukasi bisa merambah ke area lainnya misalnya bagaimana menghindarkan diri terlibat dalam organisasi teroris, kemudian jika ada hal-hal yang dicurigai terkait terorisme di sekitar mereka, harus segera melaporkannya kepada yang berwenang. Edukasi secara masif ini harus dilakukan dengan serius untuk membangun kewaspadaan dan meningkatkan keselamatan masyarakat tentunya.

Ketika message yang disampaikan saat teror berlangsung adalah #kamitidaktakut berhasil menenangkan perasaan semua orang, apa messsage selanjutnya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan terorisme dan keselamatan dirinya ? Jangan sampai message #kamitidaktakut menjadikan kita lengah dan menganggap terorisme tidak perlu ditakuti walaupun memang tujuannya adalah menyebar ketakutan di masyarakat. Yang terpenting harus berusaha mengamankan diri karena kita memiliki keluarga yang kita cintai yang pasti akan sedih kalau kehilangan kita #saynototerrrorism #lakukanpenyelamatandenganaman #jagadiri #tetapaman

Senin, 11 Januari 2016

Travel : Menikmati Surga Pulau Bala-Balagagan, Mengukir Jejak Bermakna


Artikel ini saya tulis berdasarkan kisah seorang teman yang pernah mengunjungi lokasi tersebut, namanya Raisa Kusuma Dewi. Menulis ini rasanya saya ingin menjadi traveller, entah kapan :) mungkin suatu hari. Photo-photo indah berikut juga diberikan oleh ig @dewikusumaraisa
-------
 

Saya sangat bersyukur tinggal di Indonesia, yang memiliki ribuan pulau. Keindahan pulau-pulau tersebut membuat saya berusaha meluangkan waktu di sela libur kerja untuk menjamahnya. April 2015, saya menemukan surga di sebuah pulau kecil. Lokasi ini awalnya merupakan bagian dari Sulawesi Barat dan setelah dipetakan kembali sekarang menjadi bagian dari Kalimantan Timur. Perjalanan ke tempat yang saya sebut surga ini tidak hanya mengejutkan namun sangat menginspirasi saya.

Pada malam buta, saya bersama teman-teman memulai perjalanan ke pulau Bala-Balagagan dari pelabuhan Kalimantan Timur. Sebuah perahu kecil mengantarkan saya ke pulau itu  setelah 12 jam menyusuri sungai. Kami menghabiskan malam yang dingin di perahu ditengah riak kecil sungai. Namun hawa dingin itu rasanya terlupakan begitu kami mencapai mencapai Bala-Balagagan. Dingin yang menusuk tulang tergantikan perasaan takjub saat menikmati matahari terbit yang indah. Rasanya seperti tiba di surga. Saya hanya terdiam tanpa kata, menikmati karunia Tuhan yang luar biasa.


Pagi mulai merambat berganti warna terang di langit saat kami memutuskan untuk menjamah sebuah pulau kecil yang seperti dipagari deretan pohon hijau yang rimbun. Kami melangkah di atas sebuah jembatan panjang yang membentang dari pelabuhan ke daratan seberang pulau. Jembatan ini laksana titik penghubung antara perairan dan daratan. Pulau di seberang itu adalah pulau yang sangat kecil. Hanya sekitar 22 keluarga menghuni pulau itu. Beberapa perahu yang bersandar memperjelas fakta itu.

Hal pertama yang ingin saya lakukan ketika menginjakkan kaki di pasir putihnya adalah mengeksplorasi pemandangan yang indah di sekitarnya dan rasanya tidak tahan segera menangkap keindahan itu lewat lensa kamera saya. Ketika berjalan melintasi jembatan kecil, terlihat jelas garis pohon-pohon hijau dikelilingi pantai pasir putih. Kaki saya yang menyentuh butiran pasir terlihat jelas di bening air periran di pulau ini. Sangat menakjubkan melihat berbagai kehidupan air yang bergerak di sekitar kaki saya,  rumput laut dan terumbu karang menyebar memenuhi perairan ini. 

Ah Senangnya, hari ini saya menghabiskan malam di pulau nan elok. Suara alam terdengar bersautan mengiringi keindahan langit malam.Ternyata esok harinya ada acara yang tak terduga. Penyelenggara perjalanan ini akan mengadakan kegiatan sosial yang didedikasikan bagi masyarakat sekitar di lokasi tersebut.

Kamipun bangun pagi-pagi sekali untuk mengunjungi sekolah masyarakat untuk menyumbangkan buku dan peralatan sekolah. Sekolah itu hanya sebuah bangunan sederhana terdiri dari beberapa kelas. Namun wajah-wajah didalamnya menyambut kami penuh kehangatan. Senyum mereka menyadarkan saya betapa besar energi positif yang memancar dari lokasi yang bermil-mil jauhnya ini.

Tinggal di  sebuah pulau kecil di tengah laut serta memiliki jumlah guru yang sangat terbatas untuk membantu mereka belajar, ternyata tak membuat mereka menyerah begitu saja. Anak-anak itu tetap memiliki kerinduan untuk belajar. Buku dan alat tulis yang kami bagikan mereka terima dengan kegembiraan. Kunjungan ini laksana panggilan bagi saya dan bahkan menyulut keinginan yang lebih besar untuk melakukan liburan sekaligus kegiatan amal lagi di masa depan.

Saya teringat sebuah kutipan dari Antonio Machado yang menggambarkan perjalanan saya kali ini, "walker, there is no path ; the path is made by walking. "Bagi saya kutipan ini berarti bahwa dengan mengambil liburan yang bermakna, kita mengukir jalan untuk berkontribusi kepada masyarakat dan lingkungan dari tempat-tempat yang kita kunjungi.

Obrolan Asik tentang gojek (lagi)

Bagi yang berkeluarga, mungkin sering mengalami harus extra berusaha untuk menjaga komunikasi  dengan partner seumur hidup alias suami/istri berjalan baik agar rumah tangga berjalan baik di tengah kesibukan kerja. Adem ayem kan tidak selalu ya, jadi komunikasi sangat penting untuk dijaga. Jadilah hari itu, minggu pagi disela-sela tugas setrikaan yang menumpuk saya ngobrol dengan suami. Kami selalu ngobrol tentang apa saja, termasuk fenomena di sekeliling kami. Ngobrol kali ini bukan tentang masa depan keluarga, tapi tentang masa depan gojek.  Kami sama-sama menyukai yang dibilang "karya anak bangsa" ini. Obrolan ini kemudian berubah menjadi ikut memberikan solusi untuk gojek agar bisa tetap untung tanpa menaikkan harga gojek terlalu tinggi kemudian ditinggalkan pelanggannya.


Papa : "Ma, sekarang customer mulai ngeluh lho karena gojek udah nggak promo lagi. Nih, aku baru baca di sosmed ada yang bilang "Hari ini dapet kado istimewa dari gojek. biasanya ke kantor biaya 30 ribu, sekarang pulang kantor kena bayar 74.000, Terima kasih gojek, kalau gini ane bisa bangkrut. Malah ada comment kalau dia udah menghapus aplikasi gojek dari ponselnya. Akhirnya orang mulai naik metromini lagi deh."

Mama : "Wah driver gojek makin susah dong ya. Customer pasti berkurang banget."

Papa   : (Papa meneruskan membaca kabar terkini) "Tul, Ma. Nih driver gojek ada yang bilang, sudah nunggu 2-3 jam belum juga dapet customer. Biasanya dulu nunggu 2-3 jam udah dapet 2 customer."

Mama : "Bener kan pa. Waktu itu aku nulis juga di blog kalau driver gojek makin susah. Karena jumlah drivernya udah kebayakan. Bayangin, 200ribuan orang, menggantungkan pendapatannya sama gojek. Beda sama Grab bike yang ngejaga jumlah drivernya supaya nggak seabrek-abrek."

Papa : "Wah kalau gini gojek harus pikirkan cara lain supaya bisa make money tanpa membuat harga gojek melambung. Karena yang rugi driver mereka sendiri ketika customer berkurang."

Mama : "Waktu itu aku tulis di blog pa, kerja sama dengan semua online shop menurutku masih menjadi solusi supaya driver tidak idle. Dibandingkan kerjasama dengan restoran untuk delivery makanan atau belanja. Berapa orang sih yang pesen makan di restoran atau go mart. Yang aku lihat malah online shop kecil rumahan dll itu kirim barang setiap hari. Kalau bisa kasih harga khusus buat mereka bikin paket selama 6 bulan atau 1 tahun berlangganan, tentu banyak yang mau deliver barang."

Papa : "Nah masih ada potensi lain Ma. Gojek harus mengefektifkan lagi pendapatan dari iklan. Misalnya di jaket driver gojek itu di pasang iklan."

Mama : "Kayak seragam formula one ya Pa."

Papa   :  "Betul Ma. Itu di seragam mereka, atau di motor box, mobil box atau di helm, kan bisa saja dikasih stiker iklan untuk perusahaan lain yang berpromosi. Iklan di baju ini bisa jadi insentif buat driver. misalnya kalau jaketnya diiklanin, mereka dapat berapa persen atau dapat fee nya. Driver pasti semangat bertahan di Gojek. Pendapatan iklan ini banyak modifikasinya kan Ma."

Mama : "Betul juga ya pa, aku rasa gojek sudah nggak perlu mengiklankan companynya lagi, semua orang kan udah tahu ya. Brandingnya udah kuat. Tinggal kalau harganya murah, orang pasti pake kok. Soal iklan, setiap kita buka aplikasi even video editor, itu banyak iklan di dalamnya yang bisa di klik. Kayaknya banyak aplikasi yang memasang iklan di dalamnya." 

Papa : "Nah bisa saja kan setiap kita membuka aplikasi gojek itu ada iklan yang muncul. Customer mah nggak peduli ada iklan yang diklik, yang penting low cost."

Mama : "Bisa juga seperti WA kali ya pa. Waktu itu, kita sempet harus bayar kan untuk update wa. Aku rasa mungkin secara rutin aplikasinya di update, trus customer kepotong pulsa mungkin 5ribu atau berapalah, kan nggak papa ya. Yang penting dikomunikasikan ke customer tentang hal ini, semacam building understanding supaya customer nggak komplain. Tapi dampaknya, perusahaan punya penghasilan tambahan."

Papa : "Atau seperti Adaro yang terintegrasi dari tambang sampai listrik, coba dibuat integrated company. Misalnya mereka bikin perusahaan asuransi sendiri. Nah kan lumayan, duitnya muter-muter juga kesitu."

Mama : "Seperti MNC, mereka punya MNC life, MNC Bank. Mungkin lebih baik bikin investment company saja pa. Dari investment company ini, pasti duitnya bisa diputerin, entah ke asuransi. Yang pasti kalau integrated, dilihat kebutuhan operasional apa, itu yang diprovide sendiri oleh perusahaan. Seperti mereka butuh asuransi, butuh bengkel, butuh pom bensin, dll. Nah lebih enak masuknya kalau ada investment company kan, bisa diputerin ke pasar modal juga."

Papa : "Nah kalau pom bensin, bisa juga kan, khusus buat gojek driver nanti dapat poin setiap beli bensin, trus klo udah berapa poin bisa dapet bensin free. Kan lumayan, jadi benefit buat driver. Trus soal asuransi, mungkin awalnya perusahaan asuransi ini untuk Gojek driver, tapi ke depan bisa aja kan menyasar ke menengah ke bawah. Pasar asuransi di Indonesia terutama untuk kalangan bawah masih luas untuk digarap."

Mama : "Bener juga pa. Intinya kalau integrated, duitnya muter di perusahaan sendiri. Dan kalau ada investment company mungkin lebih mudah membiayai bisnisnya, atau menarik investor. Atau at least duit dari investor bisa dibiakkan lewat cabang-cabang bisnis itu. 

Papa : "Betul. Kalau sudah berkembang kan bisa IPO. Lha kedepan semua perusahaan arahnya IPO. Pasti lebih menarik bisnisnya kalau integrated. Ini kalau perusahaan berpikir long term ya bukan cuma bisnis aja. Tapi mikirin kelangsungan masa depan drivernya."

Mama : "Orang kalau beranjak dari social entrepreneur mungkin nggak sampai ada gejolak di karyawannya Pa. Karena semua langkah pengembangan bisnis memikirkan aspek socialnya. (disini tiba-tiba jadi ingat triple bottom line untuk keberlanjutan bisnis.Kalau bisnis mau berkelanjutan harus memperhatikan 3 hal : people (aspek karyawan dan masyarakat), planet (aspek lingkungan), dan profit.)

Papa : Tapi nggak tahu ya, Nadiem itu orang social entrepreneur bukan. Apakah memikirkan profit aja, pengembangan bisnis terus, nambah karyawan banyak supaya pemasukan nambah atau mau memikirkan masa depan gojek driver. Contohnya dengan harga naik aja, jumlah customer berkurang, kedepan gimana nasib driver kalau gini terus. Jadi kan perusahaan perlu menjaga harga naik gojek supaya bisa tetap rendah, yang penting order banyak."

Mama : "Coba bayangin pa, kalau transportasi di Jakarta udah bagus, itu mungkin gojek jadi feeder aja dari lokasi stasiun transportasi masal."

Papa  : "Hm.. bisa jadi ma, soalnya mau gimana lagi drivernya, orang kan banyak pake transportasi umum nanti kalau udah bagus. Contohnya tadi yang aku baca di forum, mereka mulai naik metromini lagi karena harga gojek udah mahal. Solusinya mereka berangkat lebih pagi aja biar nggak kena macet."

Mama : Nah kan, itu ancaman 5 tahun lagi udah keliatan. Berarti harus segera dipikirkan business developmentnya mau seperti apa. Nggak kayak sekarang kalau menurutku pa. Jumlah driver gojek membludak. Mungkin  perencanaan tenaga kerjanya dipikirkan lagi sebelum merekrut masal. Mungkin waktu itu karena developmentnya dengan adanya go mart, go box, salon, cleaning, dll. Tapi apakah itu efektif ? Coba direview berapa driver yang terserap di unit bisnis itu.

Papa : "Atau bisa juga ma, harusnya untuk perencanaan tenaga kerja bikin research dulu. Misalnya harga naik sekian. Kira-kira jumlah order yang masuk berapa. Terus dibandingkan ke level harga yang lebih tinggi lagi atau harga normal. Ya kalau bedanya signifikan kan berarti tidak perlu merekrut karyawan sebanyak itu pada level harga normal. Karena percuma, karyawan bertambah, order malah berkurang, dan banyak yang idle."

Mama : "Seperti Grab pa, mereka sangat membatasi jumlah karyawannya, agar karyawan tidak dirugikan."
Better semua based on research dulu memang. Baru dipikirkan langkah selanjutnya. Atau bisnis pake skenario what if. "Kalau suatu keadaan begini, harus gimana. Bikin assesment keadaan what if lagi terjadi, langkahnya apa. Bisnis sekarang sangat dinamis pa."
(Disini tiba-tiba jadi teringat migas. Sekarang kalau harga minyak dibawah $30 per barrel, apa langkah perusahaan migas untuk survive? Cutting jobs di mana-mana pasti terjadi. Nggak salah kalau di sebuah forum mengutip sebuah online news yang memberitakan kalau menurut George Soros, krisis dunia saat ini mirip krisis tahun 98. Mau nggak mau skenario what if dilakukan, karena bisnis bisa saja tergoncang terkena dampak volatilitas di sekelilingnya)

Papa : Sepertinya langkah yang mudah, cari pendapatan dari iklan ya Ma. Setiap membuka ada aplikasi ada iklannya, orang pasti bacalah. Nah, potensi iklan dari sini pasti besar, ya."

Pembicaraan asik itupun selesai bersamaan baju-baju selesai disetrika. #nasibibubekerjanggakpunyapembantu .