Senin, 30 November 2015

Gadget atau bermain dengan teman sebaya ?

Gadget atau bermain dengan teman sebaya ? Saya yakin buat sebagian orang tua yang sibuk mengalami dilema untuk memilih hal ini. Memberikan anak gadget adalah cara termudah mengasuh mereka. Alasannya, kalau membiarkan anak bermain dengan teman sebaya, memerlukan waktu, pengawasan, dan effort. Belum lagi resiko bertengkar bersama temannya, atau terjatuh karena terlalu aktif dalam bermain.

Namun ada sebagian orang tua lainnya yang mengadopsi cara mendidik dengan ketat sehingga membiarkan anak  bermain dengan teman sebaya dan hampir tidak mengenal gadget. 

Kalau saya yang ditanya pilih yang mana, saya akan memilih dua-duanya. Dua hal tersebut memiliki alasan yang kuat untuk saya jalankan.

Saya biasa membiarkan anak-anak bermain gadget  pada hari libur dengan pengawasan yang ketat. Mereka perlu tahu kapan mereka harus berhenti agar tidak berlebihan dalam menggunakan gadget. Anak-anak saya sangat jago merengek agar diberi ijin bermain game kesukaannya. Sebenarnya, ini moment anak-anak saya berlatih negosiasi. Lumayan tough kalau bernegosiasi dengan mereka soal gadget. Untunglah, saya cukup punya pendirian untuk menolaknya dan memberikan banyak syarat yang harus dijalani sebelum memberikan tab saya pada mereka. Biasanya saya akan mencari win-win solution di dalam negosiasi ini.

Syarat pertama adalah sudah menjalankan sholat shubuh. Biasanya mereka akan segera melakukan ini supaya dapat memainkan mainan kesayangan mereka. Di sini saya akan menyelipkan nasehat sebaiknya kakak sholat shubuh bukan karena ingin segera bermain game. 

“Iya kakak nggak boleh gitu, sholat shubuh jangan karena mau main game,” adiknya yang berumur 4 tahun biasa menasehati kakaknya. Dan kakak pun tersipu malu. 

“Sebentar aja ya ma main gamenya, please, please” kata kakak merengek.

“Ya sudah tapi 10 menit saja ya. Abis itu tab nya mama ambil, ” saya menegaskan.

Negosiasi berjalan lancar, dan kakak akan mengakhiri game nya. Kemudian saya akan minta mereka untuk bermain di luar bersama teman-teman sambil menikmati pagi. 

“Kalau pagi itu sebaiknya main di luar, Kak. Udaranya seger lho. Trus teman-temen kakak sama adek juga lagi ngumpul di luar kan. Nanti kalau lebih dari jam 8udah sepi lho di luar,” saya mengingatkan

Tergiur serunya bermain dengan teman sebaya ia segera melupakan game kesukaannya.Sejauh ini, bermain gelembung/buble dan berlarian menjadi sesi favorit mereka. 

Banyak hal yang mereka pelajari dengan bermain dengan teman sebaya. Selain melatih syaraf motorik, mereka berlatih mengekspresikan dirinya dengan percaya diri, tanpa ada rasa rendah diri. Memposisikan diri sama dengan orang lain tanpa saling merendahkan. Selain itu, menyelesaikan pertengkaran kecil di antara mereka dengan damai adalah pelajaran terbesar. Karena moment ini melibatkan kemampuan interpersonal mereka untuk mengakui kesalahan,  saling memaafkan, sportifitas, berunding menyelesaikan masalah. Dan sebagai Ibu / orangtua dengan segala rutinitas rumah di waktu libur, kita tinggal memperhatikan mereka dari jauh, dan melibatkan diri jika diperlukan.

Selesai bermain, kita bisa mengajak mereka menceritakan permainan yang mereka lakukan saat berkumpul bersama teman.  Dari moment ini saya melatih mereka menggunakan kemampuan verbalnya dalam bercerita sambil menyelipkan nasehat yang diperlukan agar sesi bermain selanjutnya berjalan lebih seru tanpa ada masalah. 

Bagi saya, anak-anak masih memerlukan memegang gadget asal dengan batasan dan kesiplinan. Batasan yang perlu mereka pahami adalah menggunakan gadget secara tidak berlebihan. Gadget adalah simbol bahwa teknologi itu terus berkembang, dan mereka harus mampu beradaptasi dengan perkembangan ini, mampu menggunakannya untuk hal-hal yang baik misalnya, mempelajari sesuatu.

Setelah bermain dan makan pagi, biasanya mereka akan kembali merengek minta gadget. Kali ini, biasanya saya ijinkan mereka selama 30 menit untuk melihat “youtube belajar” dalam istilah mereka. Youtube belajar ini maksudnya hanya melihat Youtube untuk mencari sesuatu yang ingin mereka pelajari. Apakah belajar bahasa inggris dengan bernyanyi, atau memperhatikan pengucapannya kata-kata bahasa Inggris, melihat tarian, musik, cara membuat sesuatu atau hal lainnya sesuai minat mereka. Saya juga akan meminta mereka menulis sendiri apa yang mereka cari, sambil berlatih mengeja kata. Atau mencari inspirasi video apa yang ingin mereka buat.

Syarat berikutnya boleh memegang gadget adalah mereka harus belajar selama kira-kira satu setengah jam. Pelajaran wajib setiap hari mereka adalah berhitung, menulis, membaca Iqro. Sedangkan bahasa Inggris lebih banyak saya ajarkan ketika sedang menonton kartun favorite mereka.  

Setelah semua rutinitas itu dilakukan. Mereka boleh bermain game kesukaannya selama 30 menit. Atau saya akan menemani mereka dengan menunjukkan hal-hal menarik yang ada di Youtube, agar pikiran mereka terbuka bahwa dunia luar itu luas dan penuh kreatifitas.

Selanjutnya, mama yang gantian bermain gadget hehe. Tetapi saya tunjukkan kepada mereka bahwa apa yang saya lakukan dengan gadget adalah lebih banyak mencari sumber informasi dan menulis blog.  Terkadang jika ada artikel menarik yang saya temukan, saya membacakannya untuk mereka.

Dengan cara ini, saya berharap ketika besar nanti mereka tidak akan menyalahgunakan gadget namun mampu memahami perkembangan teknologi. Dan disisi lain, mereka dapat memiliki kecerdasan emotional yang tinggi, memiliki empathy dalam berinteraksi dengan orang lain, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang positif.


Senin, 16 November 2015

Wah, manajemen Grab Bike keren memanage karyawannya



sumber image : www.grabtaxi.com
Saya tidak tahu sejak kapan menjadi pengamat tak formal dari Ojek Online ini. Buat saya segala sesuatu hal yang baru yang saya ketahui tentang Ojek online ini menarik. Kali ini Grab Bike jadi sasaran pengamatan saya. Hari ini saya ketemu driver Grab yang share banyak hal tentang seluk beluk disana. Dan semoga hal ini bisa menjadi benchmark pengelola ojek online lainnya.

 Pagi itu saya dalam  perjalanan dari Bintaro menuju Kuningan  Jakarta Selatan, menggunakan Grab Bike . Seperti biasa kepo tentang Grab selalu menggelitik saya untuk bertanya pada drivernya. "Bagaimana mencari penumpang Grab, susah atau gampang?" "Berapa total penumpang sehari" "Berapa jumlah pendapatan sebulan?" "Bagaimana manajemen mengatur karyawan sebanyak itu ?" Pokoknya banyak sekali yang saya tanyakan. Dengan senang hati Bang Grab melayani pertanyaan saya bahkan menjelaskan fakta-fakta menarik tentang Manajemen Grab.
Dari Bang Grab saya tahu kalau dalam organisasi mereka ada  istilah koordinator lapangan bagi seseorang yang dipilih perusahaan untuk membuka mata dan telinga lebar-lebar untuk menampung keluhan pelanggan. Para Korlap ini mengadakan pertemuan rutin 2 minggu sekali bersama para driver untuk berkoordinasi, memecahkan masalah di level bawah yang terkait pelanggan dan hal lainnya. Menurut saya ini cara yang bagus untuk dilakukan sebuah Manajemen Ojek Online.


Menariknya adalah Korlap ini bertindak seperti perwakilan karyawan yang memiliki wewenang untuk menyampaikan keluhan karyawan  kepada manajemen. Suara mereka adalah suara karyawan. Perusahaan tidak membuat jarak dengan para korlap, malah  merangkul mereka untuk memberikan masukan dalam sistem yang berjalan di Grab. Hubungan kerja yang saling berdasar kepercayaan ini telah mengubah beberapa sistem dan kebijakan  yang ada di Grab. Misalnya  bonus driver, sistem order online, teknologi yang dipakai.  Melalui Korlap, managemen dapat  memastikan para driver merasa nyamandengan bekerja di perusahaan,  mendapatkan karyawan yang produktif, melakukan perbaikan-perbaikan di tengah  iklim persaingan transportasi online yang cukup kompetitif.


Beberapa waktu yang lalu ketika mendengar Gojek Demo, saya bertanya pada Bang Gojek, apakah mereka memiliki semacam perwakilan/serikat pekerja sebagai penjembatan antara perusahaan dan karyawan yang jumlahnya mencapai ratusan ribu orang ? Tapi saya tidak pernah mendapatkan jawabannya hingga kini. Perwakilan karyawan disebuah organisasi yang besar adalah sebuah pendekatan win-win solution yang  layak diterapkan di manajemen menurut saya.

Terkait penghargaan untuk driver Grab, mereka memiliki sistem driver elit. Dimana setiap tiga bulan akan dipilih driver yang memiliki bintang terbanyak atau order terbanyak.  Driver elit mendapatkan keistimewaan antara lain mendapatkan motor baru dari manajemen, kemudian beasiswa untuk menunjang hidupnya. Atas prestasi ini, driver elit akan mendapatkan kenaikan asuransi jiwanya. Sayangnya, saya tidak mendapat penjelasan detail tentang ini. Seandainya saya mengorek tentang hal ini lebih dalam, bisa-bisa saya naik Grab sampai Jakarta Utara, baru mendapatkan informasi yang lengkap :)
 
Masih berkaitan dengan driver, para driver yang jumlahnya mencapai 15ribu orang di Jabodetabek ini, berhak mendapatkan hadiah umroh. Hadiah ini secara bergiliran diberikan kepada driver setiap tiga bulan sekali.

sumber image : www.grabtaxi.com
Disatu sisi perusahaan menawarkan kenyamanan bagi karyawan untuk bekerja di Grab sebaliknya manajemen meminta para driver menjaga kedisiplinannya dalam berlalu lintas demi menjaga reputasi Grab. Grab memiliki tim “polisi” tersendiri yang berkeliling memantau perilaku para driver. Kemudian nomor motor para “pelanggar” itu akan dicatat dan dilakukan skorsing hingga 3 hari  untuk memberikan efek jera. Hal-hal yang masuk dalam pelanggaran  misalnya, tidak menggunakan helm Grab, tidak menggunakan jaket Grab di saat tidak ada kondisi yang mengancam driver, menggunakan jalur trotoar yang digunakan komunitas pejalan kaki,  menyetir dengan cara yang tidak aman, dll. Segala bentuk pelanggaran ini disimpan di dalam sebuah blog agar semua driver dapat memahaminya. Alangkah lebih baik lagi menurut saya jika ada reminder  pelanggaran yang masuk secara rutin ke handphone driver agar tingkat pelanggaran dapat diminimalkan sehingga reputasi Grab terjaga.

Hal lainnya adalah Grab juga memperhatikan keluhan pelanggan. Selama ini saya berpikir bahwa bagaimana manajemen dapat membaca semua komplain yang kita kirimkan ? Tapi korlap menjelaskan kalau manajemen membaca setiap komplain dan masukan dari customer. Bahkan, mereka memiliki tim tersendiri untuk menangani komplain antara lain  bersumber dari kecerobohan driver.  Terkait komplain ini akan dilakukan investigasi dan penegakan hukum di dalam organisasi seperti surat teguran atau bahkan skorsing selama 3 hari bagi driver yang terbukti bersalahSalah satu contoh keberadaan Grab di Tangerang Selatan dan Depok yang kita nikmati saat ini juga hasil dari masukan pelanggan. . Jadi, sebagai customer, kita jangan ragu-ragu menyampaikan keluhan atau masukan kepada manajemen Grab ya.

Masih terkait customer. Para Korlap terus memberikan masukan agar Grab dapat meningkatkan layanannya antara lain teknologi yang dipakai dimanage  sedemikian rupa agar tidak error. Jika kemampuan server mereka 8000 orang, maka jumlah tenaga kerja sebanyak15.000 orang adalah cukup. Jumlah ini mereka ukur dari kemampuan server Grab untuk menampung order pelanggan. Sehingga mereka tidak lagi merekrut driver baru yang malah kedepan beresiko akan  membuat server mudah error / down. Menjaga Kepuasan pelanggan sepertinya sangat diterapkan di sini.

Sejauh ini yang saya mendengar langsung dari driver Grab, mereka merasa nyaman dengan sistem yang ada. Hasil dari Manajemen Grab menjaga jumlah driver mereka agar tidak berlebihan jumlahnya berdampak pada produktivitas driver. (baca tulisan saya lainnya di bulan Oktober terkait hal ini berjudul "Gojek oh Gojek")

Sistem yang berjalan ini sepertinya  mampu menjaga driver tetap produktif dengan imbal hasil yang menarik. Setiap hari, banyak driver dapat menjaga produktivitasnya dan mendapatkan order hingga 10 pelanggan. Ini berdampak pada penghasilan driver yang mencapai Rp. 5 juta setiap bulannya. Jumlah yang sangat disyukuri bagi seorang driver ditengah  kondisi industri sedang sulit seperti saat ini.


Selesailah obrolan saya dengan Bang Grab begitu motor menyambangi Menara Karya Kuninga. Saya senang mengetahui bagaimana Grab memanage karyawannya, memprioritaskan keselamatan dan kepuasan pelanggan. Paling tidak saya bisa menjadikannya pelajaran minimal diri saya sendiri.


Sabtu, 14 November 2015

Gamma Thohir, remaja 15 tahun inisiator microhydro for Indonesia project

Melihat sosoknya pertama kali, kalem,  anak mama, looks like the boy next door to me. Tapi kesan itu berubah 360 derajat ketika Gamma Abdurrahman Thohir naik ke panggung @atamerica memperkenalkan microhydro for Indonesia project untuk pertama kalinya. Rasanya semua yang hadir berdecak kagum pada sosoknya. Alih-alih terlihat seperti anak kelas 10 yang pemalu, dia terlihat percaya diri, memahami project pembangkit listriknya dan punya pemikiran kedepan yang tidak dimiliki umumnya remaja seusianya. Ditambah lagi  presentasi dalam bahasa Inggris itu fasih dibawakannya.



Gamma masih berusia 15 tahun di Sekolah Global Jaya. Dia sangat mengidolakan ayahnya yang sukses menjadi pengusaha di bidang energi. Dan mimpinya adalah sukses di bidang energi yang lebih ramah lingkungan. Kegemarannya pada teknologi memang sudah terlihat sejak kecil. Dan kemudahan mendapatkan informasi di dunia Maya membuka matanya tentang pembangkit listrik dengan teknologi ramah lingkungan di bidang energi yang menjadi salah satu solusi krisis energi di Indonesia.

"Saya terusik dengan kesenjangan akses listrik di kota dan desa, dan ingin melakukan sesuatu yang saya bisa, untuk mengatasi hal ini," kata Gamma.


Ia meyakini teknologi microhydro sebagai salah satu solusinya. Ketika mendapatkan tugas sekolah membuat proyek individu,  dengan semangat Gamma mencetuskan microhydro for Indonesia sebagai proyeknya.  Dengan cerdasnya, Dia menggandeng pihak-pihak yang bisa membantunya mewujudkan proyek ini. Selain guru sekolahnya,  dia mendapatkan dukungan Ibu Okty Damayanti,  Direktur Yayasan Adaro Bangun Negeri sebagai mentornya, IBEKA dan CV Cihanjuang produsen pembangkit listrik microhydro mengajarkan sisi teknis pembuatan teknologi microhydro kapasitas 30-40MW dan pembuatan turbin.



Iapun menemukan sebuah tempat sempurna yang ia sebut negeri di awan yang tak lain adalah Desa Ciptagelar, desa di kaki Gunung Halimun. Ketika ia turun langsung mensurvey debit air sungai yang bisa digunakan untuk bahan baku pembangkit microhydro ia jatuh cinta pada desa itu. Kehangatan masyarakat nya, potensi sumber daya alam desanya,  sungguh membulatkan tekadnya mewujudkan proyek ini. Ia tersentuh merasakan menginap di desa itu dalam selimut gelap ditemani cahaya lampu sumbu.

Sebuah pendekatan personal yang ia lakukan membuat nya semakin terikat dengan desa ini.

"Saya membangun kedekatan dengan tokoh masyarakat Ciptagelar agar mereka mudah menerima proyek ini. Bahkan saya punya sahabat baik di desa itu, seorang remaja seperti saya. Sekalipun tinggal di desa dia sangat percaya diri dan pengetahuannya luas. Di desa itu mereka punya stasiun TV desa. Dan sahabat nya,  ikut menjalankan stasiun ini. Bayangkan,  sebuah desa terpencil tapi punya keinginan untuk maju, " lanjut Gamma.




 Gamma bercerita ia akan menggalang crowd funding secara on line dan offline maupun mencari pihak-pihak yang dapat mendanai proyek ini termasuk melibatkan masyarakat Ciptagelar untuk berperan dalam mewujudkan proyek microhydro for Indonesia.

Harapannya begitu besar untuk pembangkit listik ini bisa menerangi Ciptagelar itu pada Juli 2016, karena beberapa desa di sekitar wilayah ini belum teraliri listrik.

"Mereka perlu listrik untuk operasional stasiun TV dan mengoperasikan kembali alat penggiling kopi. Selama 3 tahun ke depan saya akan menjaga proyek ini berkelanjutan dan memastikan masyarakat Ciptagelar dapat memeliharanya dengan baik demi desanya, " jelas Gamma.

Semua yang hadir terpukau menyimak presentasi Gamma. Mereka merasakan semangat Gamma untuk memberikan akses listrik di desa Ciptagelar. Tepuk tangan lebih dari 200 orang mahasiswa, siswa SMA, media, akademisi bergemuruh di ruangan itu. Sekitar 35 media termasuk para blogger mengerubuti Gamma sesuai acara. Semua ingin mengorek lebih dalam tentang pemikiran Gamma yang memukau.



Bunda Gamma,  Ibu Linda Thohir berdiri penuh haru. Beliau bangga anak laki-laki semata wayangnya berhasil menyampaikan pemikirannya selama ini.


Remaja 15 tahun ini mampu menginspirasi semua yang hadir termasuk saya. Sebuah kata-kata bijak kembali memenuhi pikiran saya. "Jangan tanyakan apa yang negara berikan untukmuch,  tapi tanyakan apa yang sudah kau berikan untuk negara".

Semangat Gamma seakan melecut setiap ego yang terkadang muncul,  melecut pemikiran individualisme di dalam diri,  membangunkan jiwa malas yang terlelap, menyatukan rasa kebersamaan untuk membantu desa di kaki Gunung Halimun merasakan terang seperti  nyamannya kehidupan kita di kota.


 



Jumat, 13 November 2015

Bang gojek unik yang nggak tahu jalan

Saya percaya setiap manusia itu punya keunikan masing-masing. Keunikan seseorang kadang bisa diterima orang lain, kadang tidak. Kadang  heran sendiri kok saya bisa merasa paling mudah memahami keunikan orang lain ya. Mungkin ada kaitannya sama hasil psikotest yang menunjukkan tingkat empati saya di atas rata-rata. Saking memahami keunikan orang lain, sampe-sampe kalo menemukan orang yang unik saya cuma speechless. Seperti hari ini, saya diantar bang gojek yang unik sampe sering speechless.


Ceritanya, sepulang kantor, seperti biasa naik gojek dari kantor di kuningan sampai rumah di Graha Raya Bintaro. Nah ketemulah sama di abang ini di lampu merah dekat kantor.

Melihat tampangnya yang cuek, dengan motor RX king tahun jadul, saya tidak merasa ada yang salah dengan abang ini. Tapi setelah memulai percakapan dengannya baru punya feeling yang aneh.

"Mbak yuyun mau ke bintaro kan,"tanya bang gojek
"Iya mas. Tahu bintaro nggak ? Sy biasa lewat gatot subroto, palmerah, ke arah radio dalam, pondok indah trus bintaro. Mas biasa lewat mana?"

"Saya biasa lewat Ciledug, mbak."

Entah kenapa saya terdorong mencecarnya untuk memastikan dia tahu arahnya.

"Tahu mba arah ciledug. dari casablanca,.Palmerah, trus ke arah Ciledug. Tapi ntar kasih tahu aja ya," kata bang gojek.

Wah dalam hati mulai merasa nggak enak, seperti ada yang aneh. Katanya tahu jalan kok minta dikasih tahu arah jalannya. Akhirnya saya memilih menggunakan arah seperti biasa lewat Gatot Subroto.

"Mas kita ke arah Palmerah ya," tanyaku sesampainya di persimpangan fly over menuju DPR.
Motor terus melaju, sampai hampir ke arah Slipi. 

"Mas-mas kiri mas, tahu Palmerah kan. Bukan ke slipi," teriak saya.

"Ooo iya mbak. Kalau sudah sampe palmerah saya tahu arah kok," kata bang gojek.

Entah kenapa intuisi saya nggak percaya kalau dia tahu arah. Akhirnya feeling saya terbukti benar....
Ketika saya pasrah dengan arah motor si bang gojek, ternyata dia sendiri nggak yakin dengan arahnya. Kejadiannya ini di sekitar jalur kereta palmerah.
"Mas ini kemana arahnya. Saya nggak pernah lewat sini."
"Dari sini langsung ke arah pasar , mbak." nggak lama kemudian si abang bilang,"Tapi kita balik aja deh, lewat mana biasanya."

Saya berpikir bagaimana mungkin balik wong satu arah. Dan tanpa di duga dia memutar balik motor dan melawan jalur satu arah itu dan tidak mengacuhkan orang-orang yang melihatnya aneh. Sebelum jalanan satu arah itu dia bikin macet, kuminta dia belok ke arah kampung di sekitar jalur palmerah.

"Bang, harusnya kalau nggak tahu jalan. Bilang aja. biar saya yang ngarahin. Kan enak nggak usah muter-muter begini, tinggal lewat radio dalam, pondok indah, trus ke arah bintaro."

Si abang gojek diam. Tak jua si abang ini mengakui kalau dia tak tahu jalan. Akhirnya saya biarkan dia melajukan motornya entah ke mana. Dan sepanjang jalan, intuisi saya mengatakan dia kebingungan. Tapi saya biarkan saja mengikuti ego si abang gojek. Akhirnya sampailah Cidodol kebayoran lama Jakarta Selatan. Saya nggak terlalu tahu daerah itu. Tapi lega hati ini begitu melihat plang Cipulir, artinya sudah menuju arah yang benar ke tujuan.

Tak tahan juga diam, jadi saya arahkan di mengikuti penunjuk arah yang bertuliskan Ciledug. Ketika semakin ke arah Ciledug, pertanyaan tak terduga dia lontarkan.

"Mbak ini daerah mana sih????"
OMG... speechless. Saya diam mengatur emosi sambil berpikir jadi dari tadi dia menerobos macet, mengikuti plang arah Ciledug dia masih nggak sadar kita kemana ???? hiksss. Rasanya kalau saja punya sayap, lebih baik saya terbang.

Dengan saya sabar saya menjelaskan, "Dari tadi kan kita ikuti plang Ciledug Bang, Jadi ini sudah deket Ciledug. Lihat di kiri abang, itu toko kan ada nama daerahnya. Ini daerah Kreo,"

"Aduh pegel ya mbak, jauh banget," Si Abang Gojek mengeluh. Baru kali ini menemukan Abang gojek yang mengeluh karena kesalahannya sendiri.

Motor pun lanjut dengan kecepatan rendah. Sesampainya di daerah Graha Raya Bintaro, dia kembali mengeluh.

"Mbak, kalau saja kita nggak nyasar, pasti kita cepet sampai ya," kata si Abang.

"Hm... kita nggak nyasar juga sih bang, cuma muter lebih jauh lewat Cipulir," jawabku.

"Tapi lama banget ya, belum nyampe-nyampe," katanya lagi

Akhirnya nggak tahan ngomong juga dengan nada agak tinggi

"Abang coba lihat deh kecepatan motornya." si abang menundukkan kepala mengecek kecepatan motor. "Gimana bisa cepet sampe, kecepatan motornya 40 km per jam, jarak 22 km! Harusnya abang tanya ke customer, mau pelan apa cepet? paling tidak 60 km per jam pasti cepet sampe.Apalagi ini udah malem banget bang," Saya pun nyerocos.

Ampuuun biyunggg si bang gojek nggak sadar kalau dari tadi dia nyetir motornya pelan.

"Hehehe.." dia nyengir. Dia beralibi kalau takut nyetir motor ngebut.

Jreng... jrenggg speechless karena paham setiap manusia itu punya keunikan tersendiri.



Selasa, 10 November 2015

4 hal yang membuat bang ojek online kesal

Hari ini saya ingin menulis sesuatu yang ringan-ringan saja tentang ojek online. Mungkin kalian pernah merasa sebal dengan ojek online yang diorder. Tapi pernah nggak merasa kalau kita bisa juga lho membuat kesal ojek driver. Berikut beberapa hal yang saya kumpulkan dari pengalaman sedikit konyol terutama termasuk pengalaman pribadi.

1. Menunggu terlalu lama
Siapapun pasti kesal kalau menunggu terlalu lama, Gojek juga demikian. Suatu ketika saya mendengar langsung dari Gojek driver, "Jadi pernah mbak saya itu nunggu di depan apartemen customer. Sampai sana ternyata customernya baru bangun tidur. Bayangin aja, belum mandi, gosok gigi, ganti baju, wah lama deh, bisa 30 menit." Tapi customer beralasan dulu, kalau order gojek suka lama datangnya. Dan... gojekpun menunggu dengan sabar karena dia berprinsip lebih baik menunggu customer dari pada customer yang menunggu dia. Beda lagi kasusnya sama driver Grab Bike. Terkadang ketika tidak mau menunggu terlalu lama, mereka bisa tekan cancel order kita di celphonenya dengan alasan motorbike broke down. Tapi kalau Gojek Driver tidak ada menu untuk mengcancel order customer, mau nggak mau nunggu customer deh sampai datang

.


2. Ketiduran di motor
Nah ini yang bahaya. Ketiduran di motor sampai motor oleng tentu saja membuat gojek kesal. Maaf ini kejadiannya pengalaman pribadi hehe. Waktu itu siang lumayan panas, dan kalau naik motor angin sepoi-sepoi. Ditambah perut kosong belum makan siang, otomatis badan nggak seger dan ngantuk rasanya. Akhirnya... Duggg kepala saya yang diselimuti helm kejedot helm Bang Gojek. "Mbak..mbak.. ketiduran ya."
"Kok tahu mas," saya bertanya polos sambil berusaha membuka mata lebar-labar
"Lha ini, motor saya agak oleng. Jangan tidur mbak, takut jatuh."
"Hehe..sorry mas, anginnya bikin ngantuk"
Nah kan, pasti Bang Gojek ngedumel dalam hati.

3. Salah paham soal lokasi
Bang Ojek pasti bete selangit kalau jemput customer tapi salah paham tentang lokasi penjemputan. Sering terjadi hampir setiap saya pulang kerja. Setiap kali saya minta gojek menunggu di lampu merah gedung RNI kuningan, selalu saja mereka menunggu di seberang gedung, atau di pintu masuk RNI. Yang ada percakapan berikut sering terjadi.

"Mas udah sampai mana? Tunggu di lampu merah ya RNI ya. saya di samping lampu merah," kata saya.
"Iya mbak. Saya sudah di RNI dari tadi. Tapi nggak lihat mbak."
" Mas nggak mungkin di lampu merah. Saya bener-bener di bawah lampu merah. Ini semua pada brenti di bawah lampu merah. Mas dimana sih." Mulai drama tidak sabar
"Mbak, saya itu di lampu merah, beneran," kata bang gojek kesal. "Saya udah disini dari tadi."
"Ya udah deh saya cari," kata saya sambil berjalan menyeberang ke gedung RNI, ke arah mega kuningan."
Ternyata itu bang gojek ada di depan RNI, tepat di seberangnya. Kalau ini sih bikin saya kesal juga hehe

4. Customer minta ngebut
Ini berdasarkan pengakuan Bang Gojek, kesal kalau terus-terusan disuruh ngebut. Kalau yang biasa ngebut mungkin nggak masalah. Tapi buat mereka yang tertib berlalu lintas dan suka berkendara dengan aman, mungkin merasa terganggu kalau disuruh ngebut.

Nah itu dia beberapa hal yang membuat Bang Gojek Kesal. Kalau ada hal lainnya, silakan share di comment berikut ini ya :)

Sabtu, 07 November 2015

Menjahit baju barbie couture dengan kain perca

Sekitar satu tahun belakangan saya rajin mengamati industri fashion baik di Indonesia maupun dunia. Sebenarnya bukan hanya bentuk fashion itu sendiri yang saya suka, tapi kreativitasnya yang tiada batas. Rasanya tak henti-hentinya saya mengagumi para fashion designer yang menciptakan hal baru, tidak harus menjadi trend namun mereka mampu membawa identitasnya dalam karyanya yang penuh kreativitas dan ide out of the box.

Fashion designer favorit saya sebut saja Tex Saverio, Dior, Alexander Mc Queen, Bahrain, Ivan Gunawan, Sebastian, dan masih banyak lagi yang saya amati karyanya. Tapi saya tidak ingin membahas hal itu lebih dalam. Yang selalu menarik perhatian saya adalah karya couture mereka. Sekali-sekali saya bermimpi mengerjakan tambour beading (teknik memasang payet) yang rumit untuk menghasilkan baju Bahrain atau Dior. Antara setengah mimpi untuk bisa membuat baju seperti mereka, saya melakukan latihan kecil-kecilan menggunakan boneka Barbie anak saya, Zhafirra.

Konsepnya adalah membuat baju Barbie yang berhijab, unik, dan cukup megah. Tidak memiliki kain yang lebar tidak menghalangi saya menuangkan konsep tersebut dalam penampilan barbie milik Zhafirra. Saya hanya mempunyai kain selebar 50x30 cm berwarna coklat keemasan. Kemudian potongan pinggiran baju kaftan warna hijau selebar 20cm untuk memberi aksen pada hijabnya.

Langkah pertama saya membuat kemben dari bekas baju kaftan itu, kemudian menjahit lengan panjang untuk dikaitkan ke kemben tersebut. Selanjutnya saya membuat outer yang bervolume untuk menutupi seluruh badan seperti gambar berikut. Outer tersebut saya berikan volume dengan membuat lipatan lebar di ujung kain bagian bawah,dan menyelesaikannya dengan membuat ruffle pada lipatan tersebut.(lihat gambar berikut)



Setelah itu. saya membuat rok yang sedikit mengembang dengan menambahkan puring dalam terbuat dari kain yang sama. Bagian depan saya buat beberapa lipatan vertikal di bagian pinggang. Pada bagian belakang saya buat lipatan horizontal seperti berikut. Untuk menyatukan bagian depan dan belakang, saya jahit samping, kemudian sisi samping satunya, cukup dikaitkan dengan jarum.



Pada bagian kepala,  saya buatkan hijab dari kain hijau, kemudian sedikit ruffle di kepala bagian kiri. Rapikan bagian leher dengan jarum pentul atau djahit.


VOILA!!! Berikut hasil akhir latihan ini setelah beberapa potong kain itu itu disatukan, Lumayan kan. Zhafirra senang sekali dengan baju hijab yang sata buat untuk barbienya dan meminta semua baju bonekanya diganti baju hijab seperti ini. Wah ini seperti PR besar buat saya ya kalau mengganti semua :) Silakan menikmati foto-foto Barbie yang cantik bergaya couture hijab ini. Selamat mencoba ya. Jangan lewatkan postingan selanjutnya tentang baju hijab boneka Elsa Frozen

.








Belajar tentang kepuasan pelanggan dari tas Biyantie

Siang itu saya berkesempatan berbincang dengan salah pemilik tas Biyantie, Mas Setiawan. Tas kulit asli, produk 100% Indonesia, yang sedang melebarkan sayapnya ke pasar manca negara. Kisah Mas Setiawan dan istrinya untuk merintis dan membesarkan tas bermerk biyantie ini sangat inspiratif buat saya.

Pilihan untuk menekuni suatu bidang usaha dan mendukung istrinya keluar dari pekerjaan seorang karyawan seperti saya tentu sebuah keputusan besar. Keputusan ini ia ambil demi memperkenalkan produk Biyantie kepada masyarakat.

Saya sangat paham bahwa merintis sebuah usaha itu tak mudah. Apalagi dengan target menyasar kalangan menengah ke atas. Namun kekompakan mereka berdua berbagi peran dalam mengembangkan bisnis tas ini membuka jalan tersendiri untuk mereka ditengah menjamurkan produk-produk tas yang harganya jauh lebih murah dari tas Biyantie.

"Istri saya yang menangani pelanggan dan quality control, sedangkan saya memasarkan produk kami. Tapi dia juga tak segan-segan turun langsung melobi dinas pemerintah yang menangani UKM untuk mendapatkan support terutama dalam mengikuti pameran," Mas Setiawan membuka percakapan siang itu.

Selangkah demi selangkah kerikil dalam usaha terlewati. Pernah juga mereka mengurangi produksi tas karena kekurangan tenaga kerja yang memiliki skill yang tinggi dalam memproduksi tas. Kesabaran dan ketekunanpun membuahkan hasil. Produksi tas biyantie kini melebihi 100 buah setiap bulannya. Pelanggan tidak hanya berasal dari Indonesia saja, namun datang dari berbagai negara ASEAN.

Mas Setiawan melanjutkan ceritanya.

"Kepuasan pelanggan dan kualitas produk jadi kunci menembus pasar kalangan menengah-atas."

Penasaran dengan yang diucapkannya, saya mengorek ceritanya lebih dalam.

Yang pertama, Ia bercerita bahwa istrinya tipikal customer-oriented yang membina hubungan baik dengan pelanggan secara personal. Melalui komunikasi personal ini, mereka memastikan apa yang benar-benar diinginkan pelanggannya.

"Pelanggan biasa mengirimkan gambar tas yang mereka inginkan lewat email atau jaringan pribadi. Kami terus membangun komunikasi 2 arah. Mengutamakan kepuasan pelanggan inilah yang memberikan pengalaman belanja yang nyaman bagi calon pelanggan sehingga tak jarang pelanggan mereka melakukan beberapa kali pemesanan tas," lanjut Mas Setiawan.

Yang kedua adalah produk mereka kebanyakan customized atau sesuai pesanan pelanggan baik warna dan bentuknya. Sehingga quality control yang mereka lakukan untuk memastikan pelanggan mendapatkan produk terbaik tidak main-main. Kulit bahan baku tas mereka dapatkan dari seluruh Indonesia dengan kualitas terbaik. Kemudian mereka akan memastikan produksinya berjalan tanpa ada kesalahan, dalam hal pewarnaan, pembuatan pola tas, hingga proses menjahit mengutamakan kerapihan dan persisi sesuai model yang diinginkan pelanggan.

Kedua hal ini telah membangun reputasi Biyanthie sebagai salah satu produk lokal Indonesia yang berkualitas tinggi dan mengutamakan kepuasan pelanggan dimata pelanggannya. Hasilnya, tak jarang pelanggan dengan senang hati memberikan testimoninya dan melakukan repeat order.

"Kita senang sekali dapat banyak testimoni dari pelanggan. Mereka bilang tas Biyantie sudah lebih dari 2 tahun nggak rusak. Kalau warnanya sedikit pudar, itu wajar ya."

Mas Setiawan berharap produk mereka bisa menembus pasar internasional.

"Mimpi saya tas Biyantie bisa diterima dengan baik di luar negeri. Memang sudah ada pelanggan dari berbagai negara, tapi kedepan semoga akan semakin banyak pelanggan manca negara."

Saya sangat mendukung ucapan Mas setiawan ini. Seperti mengikrarkan sebuah cita-cita, gantunglah cita-cita itu setinggi langit. Saya yakin dengan terus menjaga kepuasan pelanggan dan kualitas produknya suatu hari Brand tas Biyantie akan bersanding dengan brand-brand tas yang sudah mendunia.


Lihat video tas Biyantie di channel YouTube Yuyun Choiriah di atas atau search Biyantie di youtube.